Semusim rindang beribu abad merelung hawa teduh,
di bibir danau rindu ku tepis panasnya kalbu,
meredam dan terus meredam...
akhirnya lekaslah hati mengembang :
sederhana hati membaca,
bersahaja ketika bicara
ini syair pada ketika;
pada daun ketika gugur runtuh
pada awan ketika gerimis mendesis
pada air ketika meriak sepi
pada angin ketika senyap
pada api ketika meredam
pada ombak ketika menyanyi
sederhana hati membaca,
bersahaja ketika bicara
Minggu, 11 April 2010
Syair Maha Hati
Rabu, 07 April 2010
Anak bumi
Berdiri di antara makhluk bumi
berkawan benda mati
: batu, air, tanah, api
berkawan tanaman beserta hewan alam,
lalai pada diri
: manusia
pada matahari ia berlari,
pada rembulan ia menari,
pada hujan ia menangis,
pada malam ia bersembunyi,
pada sepi ia berpuisi,
ia benar-benar anak alam bumi.
Oh manusia seraya alien perusak bumi,
barang ciptaannya tak biasa,
hanya merusak alam saja,
demi kepuasan hidupnya,
ia pun menjajah bumi raya.
: anak bumi menangis
Surat suci
ini surat sepi,
tercipta adalah do'a terisi
ini hamba penyembah Allah yang Maha suci
ini surat sepi,
terharap do'a dari hati,
terujung jadi suci
Ya Allah yang Maha suci...
terangilah hati ini,
dengan suci-Mu
Ya Allah yang Maha suci...
bersihkanlah hati ini,
sebagaimana utusanmu Jibril pada Muhammad
aku ini hamba yang memiliki hati,
berharap Engkau membersihkan dari segala iblis serta penyakit rasa hati
jadikanlah rasa hati ini suci
Sajak lima ayat (sabtu-minggu)
(1) sabtu siang:
Matahari nampak merekah,
hari ini telah ku petik berita,
pada wajah-wajah siang yang panas..
pada punggung-punggung yang membasah..
langit tampak memerah,
awan mega seperti mengeluarkan lidah api,
menjilat-jilat kulit bumi.
(2) sabtu sore :
bersamamu seakan surga terasa turun ke bumi..
memetik kesturi,
bermandi di padang hijau penuh kupu-kupu raksasa mencari madu;
padamu yang jelita ku untai rangkaian cinta berhias kisah kasih.
(3) sabtu senja :
membaca hatimu seperti membaca buku,
mendengar suara hatimu seperti mendengarkan musik,
menyimak hatimu seperti menyimak televisi;
di dekat kampus dalam ruang sempit kau benar-benar nyata,
sepasang sayap memelukmu,
seolah-olah wujudmu telah menjadi bidadari;
ingin hati mengadu pada sayapmu.
(4) sabtu malam :
telapak kasih bersamamu banyak mengejutkan hati,
tak lagi kata mewakili,
namun sentuh wajah belai raga terkadang mengatur rasa sepi,
ku biarkan rembulan masih menyentuh bibir,
asal jangan tenggelam dalam dunia malam yang penuh dengan lendir,
biarlah malam ini terlarut.
(5) minggu pagi :
hari minggu yang cerah..
bunga-bunga mekar,
kelopaknya berloncatan bermain kejar-kejaran dengan angin.
burung-burung mengudara..
tiupkan peluit keceriaan,
ikut juga awan mega berarak-arak menari-nari menyambut senyum yang terpancar indah dari sang matahari;
masih tersisa pada tubuhku sisa amuk cinta darinya semalam.