ku meraba rasa,
merinding kuduk mendera
harap santun pegat nista,
rusuh menggemuruh ria
huru gebu hati menggeba,
tiarap rasa pada kelabu asa
hujan melaksa sudra,
dari sujud hingga jungkat sutra
gerimis berjatuh,
melupuk bak peluh
mengkeruh
hunus bulan pada hati matahari,
matikan pijar awan sang mentari
luruh,
menerus runtuh
gelinjang ruh,
ikat gerak waktu seluruh
dingin jelma salju,
bekukan hati merindu
angin menggiling lebat,
malaikatpun hormat,
sampai berhati lumat.
kulekat kelu mengerat,
sendu padu seucap karat
meluruh gemulai rintik,
menggaluh tirai bertitik-titik
tulis sabda tangis langit,
merakit lagi menjerit
halus angin mengelus,
pemeluh gundah sehalus
bumi getar menggemuruh,
lucutkan tunas sembari rapuh
tanya kuncup berbunga-bunga,
mengatup pilu melari maya
gugur-gugur,
langit meliur-liur
awan deraikan kaca,
selunak rajam cerca
duh air mata langit,
seduhmu menggelisah sengit,
luapkan emosi pahit
tik-tik-tik
bunyi sampai dalam hati,
tiada henti
Jumat, 13 November 2009
"air mata langit"
Senin, 09 November 2009
"Cintaku Mejikuhibiniu"
kau yang jelita,
tak jenuh ku mengeja cinta
kau menawan bak melati,
mengelus-elus dinding hati
isyaratku padamu,
tak kunjung kau rindu
tak juga merasuk kalbu
mu
kau memendam segala,
tak terlihat di mata
hanya terasa
gemetar saja
titipku padamu hanya sejengkal ini,
asmarandana dari hati.
sekedar ku,
ingin mereda tangismu.
merasuk kalbu
warna pilu
ku ramu cinta pecahmu,
terangkum haru
sepernah ku kirim malaikat dariku,
membias cintaku:
"mejikuhibiniu"
tak cukup selembar ini,
mengeja asmarandana dari hati
kutambahkan lagi,
dari remuk sampai bentuk merpati
secerah pelangi,
cintaku ini
inilah gombalku,
ku tak malu
jika kau terima mau
jika kau hujat,
itulah harga penuh kejat
apakala kau rindu,
tak pernah ku tau
dariku
untukmu
Langganan:
Postingan (Atom)