Minggu, 18 Oktober 2009

"Mengejar bayangan sendiri"

Gelimpang matahari tergelinding di atas awan,
merajut debu-debu hari rangkumkan mekar gemintang..
suara desah angin hempaskan dedaun gugur terjatuh di atas kulit laut.
terombang-ambing baris ombak menggulung sujud..
ikan-ikan muntah darah,
pingsan sembari terapung
kau kawan,
terlihat mengikutiku sepanjang jengkal waktu,
menerus geruskan arus hari pijakku.
duh hati,
kecepak cahaya kian hidupkan bayangku..
tergejolak,
berlari.
ku kejar sampai mati

terkesima ku pada dedaun gugur,
merapuh runtuh tersujud lunglai..
angin iseng porak-porandakan barisnya,
sampai terkubur
hemm..
angin terbau harum,
nyala melati terselubung peri-peri penemu mimpi..
terdengar jua gema dewa merantau dari langit berarak turun ke bumi,
merebahkan panji-panji hitam di sudut malam sunyi..
Maha dewa terteduh tekuk,
terkurung dalam bejana emas,
langkahnya mekarkan beribu bunga terlaksa dari utara sampai langit selatan
terdengar di sana rintih rajawali dalam sangkar,
depak-depak kakinya kian marah akan meruntuhkan sangkarnya..
dia lebih buruk daripada katak dalam tempurung..
sayap lebarnya pantas menembus langit,
tapi raga terkungkung dalam sangkar.
Duh rajawali,
malang sekali nasibmu kini,
terkurung kungkung dalam sangkar emas,
tak dapat lagi kau tembus langit itu yang melambai-lambai akan hadirmu..
sayap kekar di pundakmu seakan-akan mati tiada guna

sudut-sudut langit terlihat gelap,
tertutup bentang sayap arak-arak burung gagak sembari tiupkan anai-anai warna hitam,
matahari hanya bisa mengintip di balik awan
apalah yang terjadi pada hari,
bayangku termakan bayang gagak..
tak dapat lagi hidup.
kutunggu dan tertunggu,
hujan kan turun hari ini..
saatnya kulipat cahayaku,
ku tabung kembali..
sekarang hanya rekat-rekat dinding jadi sahabat pengganti bayang,
rintik gerimispun mulai meradang..

hias-hias malam mulai terancam,
selaput bulan mulai terkikis bungkam..
terlihat juga temaram meredup,
nyanyikan senandung rindu sembari luluh hati,
lalu mendidihlah pedih yang kian merintih..
sampailah bidadari malam turun merangkul bulan,
tak lupa utusan langit jua datang..
duh bulan,
tangismu lukiskan muram,
gugurkan berjuta gemintang..

Tidak ada komentar: