Rabu, 07 April 2010

Sajak lima ayat (sabtu-minggu)

(1) sabtu siang:
Matahari nampak merekah,
hari ini telah ku petik berita,
pada wajah-wajah siang yang panas..
pada punggung-punggung yang membasah..
langit tampak memerah,
awan mega seperti mengeluarkan lidah api,
menjilat-jilat kulit bumi.

(2) sabtu sore :
bersamamu seakan surga terasa turun ke bumi..
memetik kesturi,
bermandi di padang hijau penuh kupu-kupu raksasa mencari madu;
padamu yang jelita ku untai rangkaian cinta berhias kisah kasih.

(3) sabtu senja :
membaca hatimu seperti membaca buku,
mendengar suara hatimu seperti mendengarkan musik,
menyimak hatimu seperti menyimak televisi;
di dekat kampus dalam ruang sempit kau benar-benar nyata,
sepasang sayap memelukmu,
seolah-olah wujudmu telah menjadi bidadari;
ingin hati mengadu pada sayapmu.

(4) sabtu malam :
telapak kasih bersamamu banyak mengejutkan hati,
tak lagi kata mewakili,
namun sentuh wajah belai raga terkadang mengatur rasa sepi,
ku biarkan rembulan masih menyentuh bibir,
asal jangan tenggelam dalam dunia malam yang penuh dengan lendir,
biarlah malam ini terlarut.

(5) minggu pagi :
hari minggu yang cerah..
bunga-bunga mekar,
kelopaknya berloncatan bermain kejar-kejaran dengan angin.
burung-burung mengudara..
tiupkan peluit keceriaan,
ikut juga awan mega berarak-arak menari-nari menyambut senyum yang terpancar indah dari sang matahari;
masih tersisa pada tubuhku sisa amuk cinta darinya semalam.

Tidak ada komentar: