Sabtu, 04 April 2009

"muram"

Pecahan bingung berdecak
mengangkat dagu ke atas matahari
bertahan membekam kecemasan
yang berekor mengikuti angin.

puluhan malam meninggal
tiada henti
sampai ke puncak segala,
slalu meradang
sampai darah mendidih.

amnesia tentang segala
takut akan kedepan
hilang akan ke belakang.
raut wajah mengecut
terlipat kulit
smakin mengkerut.

lambat-lambat mengangis
cepat-cepat teriris.
terdiam mati.
tertunduk kepala
selamanya.

Tidak ada komentar: